Mengunjungi Jakarta. Komisi IV, Komisi V, dan Badan Legislatif (Baleg) DPR mempresentasikan hasil studi banding mereka ke Amerika Serikat pada November-Desember tahun lalu. Selain memenuhi undangan kedutaan Besar AS, mereka juga sekaligus menepis tudingan miring dari masyarakat terkait kunjungan kerja anggota DPR ke luar negeri.
"Alasan kami memilih AS adalah karena kami ingin mendapatkan gambaran komprehensif mengenai kondisinya sebagai negara maju. Siapa tahu langkah-langkah yang diterapkan di sana juga dapat digunakan mengatasi isu serupa di Indonesia," kata Michael Wattimena dari Komisi V DPR di Pusat Kebudayaan AS, Kamis, 8 Maret 2012.
Sebanyak 15 orang anggota Komisi V berangkat ke negeri Paman Sam 27 November-3 Desember 2011 untuk mencari masukan tentang jalan dan infrastruktur. Salah satu lembaga yang dikunjungi adalah Virginia Department of Transportation. Di sana mereka menemukan perbedaan yang cukup mencolok antara AS dan Indonesia.
"Di Indonesia, pembangunan jalanan baru sangat terbatas, karena sebesar 80 hingga 90 persen dari anggaran diperuntukkan bagi pemeliharaan jalan yang telah ada," kata Michael.
Sementara itu, 14 anggota Komisi IV melawat ke Washington DC, AS pada 5-9 Desember 2011, melakukan studi banding untuk RUU Pangan. "Hal ini perlu, karena perubahan pada draf RUU Pangan mencapai lebih dari 50 persen, sangat signifikan, sehingga dibutuhkan banyak masukan untuk menyempurnakan drafnya," kata Ketua Komisi IV DPR, Romahurmuziy.
Selama kunjungannya ke delapan lembaga, komisi IV yang membawahi pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, dan perikanan ini menemukan banyak hal yang menjadi masukan berguna. Salah satunya, Food Stamp yang serupa dengan program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat di Indonesia
"Untuk program ini, rencananya kami anggarkan bantuan sebesar Rp25,2 triliun sebagai kompensasi dari kenaikan harga BBM," kata Romahurmuziy.
Lembaga yang dikunjungi Komisi IV antara lain Departemen Perdagangan, National Council of Farmer Cooperation, Departemen Pertanian, serta International Trade Officer. Mereka mendapat masukan tentang posisi labeling pangan, isu asosiasi tani yang berkenaan dengan negara, isu pengawasan pangan olahan, cara meningkatkan kualitas biji kopi lokal, serta perbedaan nelayan AS dan nelayan Indonesia.
Baleg DPR sendiri mengirim 20 orang anggotanya untuk studi banding untuk RUU Farmasi. Mereka memperoleh masukan tentang proses pembuatan pangan olahan dan obat-obatan.
"Alasan kami memilih AS adalah karena kami ingin mendapatkan gambaran komprehensif mengenai kondisinya sebagai negara maju. Siapa tahu langkah-langkah yang diterapkan di sana juga dapat digunakan mengatasi isu serupa di Indonesia," kata Michael Wattimena dari Komisi V DPR di Pusat Kebudayaan AS, Kamis, 8 Maret 2012.
Sebanyak 15 orang anggota Komisi V berangkat ke negeri Paman Sam 27 November-3 Desember 2011 untuk mencari masukan tentang jalan dan infrastruktur. Salah satu lembaga yang dikunjungi adalah Virginia Department of Transportation. Di sana mereka menemukan perbedaan yang cukup mencolok antara AS dan Indonesia.
"Di Indonesia, pembangunan jalanan baru sangat terbatas, karena sebesar 80 hingga 90 persen dari anggaran diperuntukkan bagi pemeliharaan jalan yang telah ada," kata Michael.
Sementara itu, 14 anggota Komisi IV melawat ke Washington DC, AS pada 5-9 Desember 2011, melakukan studi banding untuk RUU Pangan. "Hal ini perlu, karena perubahan pada draf RUU Pangan mencapai lebih dari 50 persen, sangat signifikan, sehingga dibutuhkan banyak masukan untuk menyempurnakan drafnya," kata Ketua Komisi IV DPR, Romahurmuziy.
Selama kunjungannya ke delapan lembaga, komisi IV yang membawahi pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, dan perikanan ini menemukan banyak hal yang menjadi masukan berguna. Salah satunya, Food Stamp yang serupa dengan program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat di Indonesia
"Untuk program ini, rencananya kami anggarkan bantuan sebesar Rp25,2 triliun sebagai kompensasi dari kenaikan harga BBM," kata Romahurmuziy.
Lembaga yang dikunjungi Komisi IV antara lain Departemen Perdagangan, National Council of Farmer Cooperation, Departemen Pertanian, serta International Trade Officer. Mereka mendapat masukan tentang posisi labeling pangan, isu asosiasi tani yang berkenaan dengan negara, isu pengawasan pangan olahan, cara meningkatkan kualitas biji kopi lokal, serta perbedaan nelayan AS dan nelayan Indonesia.
Baleg DPR sendiri mengirim 20 orang anggotanya untuk studi banding untuk RUU Farmasi. Mereka memperoleh masukan tentang proses pembuatan pangan olahan dan obat-obatan.
No comments:
Post a Comment